Langsung ke konten utama

Analogi Materi Pembelajaran Dalam Dasar-dasar Logika

PENGERTIAN ANALOGI

Analogi dalam bahasa indonesia ialah ‘kias’ (Arab: qasa = mengukur, membandingkan). Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain; demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu:

1.peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi

2. persamaan prinsipal yang menjadi pengikat

3. fenomena yang hendak kita analogikan

Sebagian besar pengetahuan kita disamping didapat dengan generalisasi didapat dengan penalaran analogi. Contoh: Jika kita membeli sepasang sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu akan enak dan awet dipakai (fenomena yang dianalogikan), Karena sepatu yang dulu dibeli di toko yang sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai maka penyimpulan serupa adalah penalaran analogi. Begitu pula jika berkeyakinan bahwa buku yang baru saja kita beli adalah buku yang menarik karena kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama yang ternyata menarik.

 

MACAM-MACAM ANALOGI

Macam analogi yang telah kita bicarakan diatas adalah analogi induktif yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak. Analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam bentuk non-argurmen, yaitu sebagai penjelas. Analogi ini disebut analogi deklaratif atau analogi penjelas. Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum diketahui atau masih samar , dengan sesuatu yang sudah dikenal

 

Contoh analogi deklaratif adalah:

1.      Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagai mana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.

Penjelasan:
Di sini orang hendak menjelaskan sturuktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur lemah yang sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dan air seni.

2.      Para pejuang wanita menguji apakah undang-undang perkawinan itu menguntungkan kedudukan wanota. Ternyata semakin jelas bahwa undang-undang perkawinan itu tidak ada ubahnya undang-undang perbudakan yang dikatakan sebagai pelindung hak-hak orang hitam, padahal kata pelindung hak tidak ubahnya adalah penindasan terselubung.

Penjelasan:

Disini hendak menegaska bahwa undang-undang perkawinan merupakan penindasan terselubung sebagai mana undang-undang perbudakan. Orang masih samar bahwa undang-undang perkawinan itu  sebenarnya merupakan penindasan. Untuk itu, para pejuang wanita (di negara barat) menegaskan bahwa undang-undang pekawinan itu sama liciknya dengan undang-undang yang telah diketahui secara luas bahwa hal itu merupakan penindasan terselubung

CARA  MENILAI ANALOGI

1.      Sedikit banyaknya peristiwa yang dianalogikan.

Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf kepercayaannya. Apabila pada suatu ketika saya mengirimkan baju saya pada seorang tukang penantu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada kawan saya untuk tidak mengirimkan pakaian kepada tukang penatu tadi. analogi saya menjadi lebih kuat setelah B kawan saya juga mendapat hasil yang menjengkelkan atas bajunya yang dikirim ketukang penatu yang sama. analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C,D,E,F dan G juga mengalami hal yang sama.

 

2.      Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.      

Contoh yang telah kita sebut, yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi, misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.

 

3.      Sifat analogi yang kita buat.

Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km setiap satu liternya. Maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan semakin rendah taksiran yang kita analogikan, maka semakin kuat analogi itu 

4.      Mempertimbangkan ada tidaknya unsur

Semakain banyak pertimbangan atas unsure-unsurnya yang berbeda semakin kuat kepercayaan analoginya

 

5.      Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.
bila tidak relevan, sudah barang tentu analoginya tidak kuat bahkan bisa gagal. bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli, setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli, ternyata dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya, maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan. seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur yang relevan, yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tarik serta berat dari bodinya.

Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan, jauh lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan yang tidak relevan. Analogi yang relevan, biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan, analogi ini cukup terpercaya kebenarannya.

 

 KEKELIRUAN DALAM BERANALOGI (ANALOGI YANG PINCANG)

            Tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan (dalam membandingkan) yang tidak tepat.

Contoh kekeliruan pada analogi induktif:

Kita seharusnya menjauhkan diri dari kebodohan. Karena semakin banyak belajar semakin banyak hal yang tidak diketahui, jadi semakin banyak kita belajar kita semakin bodoh. Karena itu sebaiknya kita tidak usah belajar.

Penjelasan:

Kebodohan hanya dapat dihindarkan dengan belajar. Meskipun dengan belajar kita menjadi tahu ketidaktahuan kita tetapi toh kita menjadi tahun banyak hal. Tanpa belajar kita tidak akan mengetahui banyak hal, dan dengan belajar kita dapat mengetahui beberapa hal. Kesalahan atau kekeliruan disini yaitu menyamakan arti kebodohan yang harus kita tinggalkan dan kebodohan sebagai sesuatu yang tidak bisa kita hindari.

 Contoh kekeliruan pada analogi deklarasi:

Khutbah itu tidak perlu kita terjemahkan dalam bahasa kita, biarlah dalam bahasa aslinya, yaitu arab. Bila diterjemahkan dalam bahasa kita, tidak bagus lagi sebagaimana kopi susu yang dicampuri terasi. Kopi susu sendiri sudah lezat dan bila kita campur dengan terasi tidak bisa diminum, bukan? Karena itulah saya tidak pernah berkhutbah dengan terjemahan, karena saya tahu saudara semua tidak ingin minum kopi yang dicampur dengan terasi. Sekilas pembelaan ini seperti benar, tetapi bila kita amati mengandung kekeliruan yang serius. Analogi yang dibuatnya timpang karena hanya mempertimbangkan kedudukan bahasa arab dan bahasa terjemahan. Padahal ada yang lebih penting dari sekedar itu, yang harus diperhatikan, yaitu : pemahaman pendengar. Apakah dengan bahasa arab tujuan khutbah menyampaikan pesan bisa dimengerti oleh sebagian besar pendengar? Alasan pembicara di atas dapat dibantah dengan analogi yang tidak pincang, misalnya:

Berkhutbah dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh para pendengarnya sama dengan memberi kalung emas pada seekor ayam. Bukankah ayam lebih suka diberi beras daripada diberi kalung? Ayam akan memilih beras sebagaimana pendengar tentu akan memilih khutbah dengan bahasa yang dimengertinya.

 

ARGUMEN – ARGUMEN BERDASARKAN ANALOGI

Penalaran analogis adalah penalaran yang tergantung pada suatu perbandingan contoh-contoh. Jika kemiripan contoh-contoh memadai, maka keputusan yang dibuat akhirnya baik. Akan tetapi, jikakemiripan contoh-contohnya tidak memadai, maka keputusan yang dihasilkan bisa tidak baik. Jika suatu prosespenalaran semacam itu diekspresikan dalam kata-kata, maka hasilnya adalah suatu argumen berdasarkan analogi.

Argumen yang sederhana berdasarkan analogi memiliki struktur sebagai berikut:

Entitas A memiliki sifat-sifat a,b,c,dan z

Entitas B memiliki sifat a,b,c

Jadi, entitas B mungkin memliki sifat z juga.

Jika sifat-sifat a,b, dan c berhubungan erat dengan z, argumen itu biasanya kuat. Jika sifat- sifat a,b,dan c tidak berhubungan erat dengan z, maka argumen itu biasanya lemah

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapabilitas Sistem Politik Serta Contoh Kasusnya

        Kapabilitas sistem politik merupakan suatu penentu dalam k eberhasilan sistem politik untuk dapat menghadapi tantangan baik yang datangnya dari dalam (domestik) maupun luar (internasional).  Kapabilitas sistem politik  adalah kemampuan sistem politik dalam menghadapi tantangan, dinamika dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu Negara atau pengertian lainnya yaitu Kemampuan sistem politik dalam bidang ekstraktif (kemampuan eksplorasi sumber daya alam, dan juga manusia), distributive (kemampuan mengelola SDA dan SDM), regulative (kemampuan menyusun undang-undang, mengatur, serta mengawasi dan mengendalikan tingkah laku individu, kelompok, organisasi, perusahaan, dll. Sehingga dapat patuh dan taat kepada undang-undang yang berlaku), simbolik (kemampuan untuk membangun pencitraan terhadap kepala Negara atau juga rasa bangga terhadap negaranya), responsive (kapabilitas untuk menciptakan daya tanggap kepada masyarakat), dan dalam negeri serta internasional (hubungan interak

TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI EKONOMI KLASIK KARL MARX, EMILE DURKHEIM, MAX WEBER PANDANGAN KARL MARX, EMILE DURKHEIM, MAX WEBER DALAM MENILAI PROSES EKONOMI (PRODUKSI,DISTRIBUSI, KONSUMSI)

TEMA  :          TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI EKONOMI  KLASIK KARL MARX, EMILE DURKHEIM, MAX WEBER JUDUL :         PANDANGAN KARL MARX, EMILE DURKHEIM, MAX WEBER DALAM MENILAI PROSES EKONOMI (PRODUKSI,DISTRIBUSI, KONSUMSI) PROSES EKONOMI Manusia sebagai mahluk sosial, tidak akan pernah lepas dari aktivitas-aktivitasekonomi sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhannya. Aktivitas-aktivitas tersebutsering juga disbut dengan proses ekonomi. Proses ekonomi sendiri adalah aktivitas secara keseruhan dari kegiatan ekomi yang meliputi produksi, distribusi dan konsumsi. 1. PRODUKSI           Secara etimologi, kata produksi berasal dari bahasa Inggris “pembuatan; hasil”. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia produksi diartikan sebagai “proses mengeluarkan hasil; penghasilan”. Pengertian produksi tersebut mencakup segala kegiatan, termasuk prosesnya yang dapatmenciptakan hasil, penghasilah dan pembuatan. Dengan demikian, produksi dapat didefinisikan sebagai proses dari segala kegiatan untuk membuat